Rabu, 15 Januari 2014

ROTAN DAN PEMANFAATANNYA

DESKRIPSI ROTAN
Rotan adalah sekelompok palma dari ordo Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Ordo Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indonesia. Kata rotan dalam bahasa Melayu diturunkan dari kata "raut" yang berarti mengupas (menguliti), menghaluskan.
Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.
Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan atau kehitam-hitaman. Pelepah dan tangkai daun melekat pada buku-buku tersebut. Tanaman rotan berdaun majemuk dan pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Daun rotan ditumbuhi duri, umumnya tumbuh menghadap ke dalam berfungsi sebagai penguat mengaitkan batang pada tumbuhan inang.
Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk. Bunga rotan terbungkus seludang. Biasanya, bunga jantan dan bunga betina berumah satu tetapi ada pula yang berumah dua. Karena itu, proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga penyerbuk. Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu, sedangkan bentuk buah rotan umumnya bulat, lonjong atau bulat telur.
Rotan dapat berbatang tunggal (soliter) atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus-menerus.
Rotan merupakan salah satu sumber hayati Indonesia, penghasil devisa negara yang cukup besar. Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh.
Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, kaerna orang lebih suka memanen rotan daripada kayu. Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, produk rotan sudah banyak dikenal terutama pada masyarakat bawah dan menengah. Selain kegiatan pengolahan rotan, maka perdagangan rotan juga telah banyak dilakukan. Terjalinnya hubungan dagang dengan pihak luar negeri memacu kepada bertambahnya peran hasil rotan untuk meningkatkan kontribusi penerimaan negara yang layak untuk diperhitungkan.
 
KEGUNAAN ROTAN
Pengolahan rotan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Pengolahan dalam industri yaitu proses pemisahan rotan bulat menjadi bagian-bagian rotan seperti kulit dan hati, masing-masing bagian tersebut diolah lagi sesuai tujuan dan pemanfaatannya. Pengolahan rotan terdiri pengolahan rotan berdiameter kecil (< 18 mm) dan rotan berdiamerter besar (> 18 mm).
Batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk mebel dan anyaman rotan karena kekuatan, kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20% spesies rotan digunakan secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit dan teras rotan dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi, keranjang, atap dan tikar.
Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku pewarnaan pada industri keramik dan farmasi.
Manfaat tidak langsung dari rotan adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat. Batang rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang anyaman untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya.
Di bidang konstruksi, batang rotan banyak dipakai untuk mengisi batang sepeda, alat sandaran kapal, penahan pasir di daerah gurun pasir, bahkan dapat digunakan untuk pengganti konstruksi tulangan beton. Batang rotan yang muda (umbut) dapat dikonsumsi sebagai sayuran.
Buah rotan biasanya dikonsumsi dalam pembuatan rujak. Selain itu, buah rotan juga dikonsumsi oleh wanita yang sedang mengandung. Rasa buah rotan yang asam menurut masyarakat dapat mengurangi rasa mual bagi wanita hamil yang sedang mengidam.
PEMANENAN ROTAN
Hal yang sangat penting sebelum pemanfaatan hasil rotan adalah proses cara pemungutan dan pasca panen. Rambatan rotan tidak saja hanya pada pohon penopangnya, akan tetapi juga pada pohon-pohon sekitarnya dan kadang-kadang saling berjalinan dengan cabang/ranting pohon. Keadaan tersebut kadang-kadang mengakibatkan para penebang rotan akan mengalami kesulitan untuk menarik rotan secara keseluruhan dimana sebagian rotan ada yang tertinggal di atas pohon.
Umur dan tingkat ketuaan rotan yang siap dipanen berbeda. Rotan dipanen terutama dari tumbuhan liar. Rotan yang akan dipanen adalah rotan yang masak tebang, dengan ciri-ciri bagian bawah batang sudah tidak tertutup lagi oleh daun kelopak atau selundang, sebagian daun sudah mengering, duri dan daun kelopak sudah rontok, warna durinya berubah menjadi hitam atau kuning kehitam-hitaman; dan sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah daun dan telah berwarna hijau.
Pemanenan rotan dilakukan dengan cara mencari rotan yang masak tebang, kemudian menebang pangkal rotan dengan pengkaitnya setinggi 10 sampai 50 cm, kemudian dengan pengait batang ditarik agar terlepas dari pohon penopangnya. Rotan yang telah dipanen kemudian dibersihkan dari daun dan duri serta dipotong-potong menurut ukuran yang diinginkan. Setelah itu rotan diangkut ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) sampai ke Tempat Penimbunan Rotan (TPR) dengan cara memikul, menggunakan perahu/sampan dan menggunakan kuda (Sinaga, 1986).
 
DISTRIBUSI DAN PEMASARAN ROTAN

Pola distribusi pemasaran rotan ada dua yaitu dari petani ke pedagang pengumpul pertama ke pedagang pengumpul kedua kemudian ke konsumen dan pola distribusi dari petani ke pedagang pengumpul pertama langsung kepada konsumen. Sistem penjualan dari petani ke pedagang pertama kemudian ke konsumen umumnya dalam skala besar untuk mengurangi biaya. Umumnya pengrajin memproduksi kerajinan berdasarkan pesanan, dimana sistem ini memiliki kelemahan yaitu pengrajin tidak mempunyai akses informasi penjualan komoditas yang memiliki pasar. Hal ini memaksa pedagang besar memesan kepada pengrajin dan kompensasi memberi kemudahan penyediaan bahan baku.rotan

JENIS DAN MANFAAT BAMBU

Jenis-Jenis Bambu
Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan belum jelas kegunaannya. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi seperti : bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kuning, bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu perling, bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian, jepang, bambu gendang, bambu tali dan bambu pagar (Berlian dan Rahayu, 1995).
Manfaat dan Kegunaan Tanaman Bambu
Bambu merupakan tanaman rakyat terpenting dan banyak kegunaannya untuk kehidupan sehari-hari, baik sebatas kebutuhan rumah tangga maupun sebagai sumber perdagangan. Hampir tiap petani di pedesaan memiliki tanaman bambu di kebunnya masing-masing. Tanaman bambu ini secara umum sangat efektif untuk reboisasi wilayah hutan terbuka atau gundul akibat penebangan karena pertumbuhan rumpun bambu yang sangat cepat dan toleransinya terhadap lingkungan sangat tinggi serta memiliki kemampuan memperbaiki sumber tangkapan air sangat efektif.

  1. Akar
Akar bambu, selain sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran, juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri dengan cara menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu, akar bambu juga mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur.
  1. Batang
Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Namun demikian, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan. Batang bambu yang masih bulat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah seperti dinding, atap, lantai, pintu jendela, dan tiang; juga sebagai komponen konstruksi jembatan, pipa, saluran air dsb. Batang bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan untuk industri kerajinan tangan dalam bentuk anyaman atau ukiran, perabot rumah tangga, dll. Batang bambu bulat dan belah banyak dimanfaatkan oleh industri furniture seperti meja, kursi, lemari rak dan tempat tidur. Bambu dalam bentuk serat dapat dimanfaatkan untuk industri pulp dan kertas.
  1. Daun
Untuk daun bambu, masyarakat tradisional biasa menggunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Di beberapa daerah, daun bambu merupakan obat tradisional untuk mengobati demam/panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan sehingga panas dalam dapat dengan mudah diredakan. Daun bambu muda yang tumbuh di ujung cabang dan berbentuk runcing juga sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari tidak bisa tidur. Cara penggunaannya adalah daun tersebut direbus dengan air kemudian diminum.
  1. Rebung/ Trubus Bambu/ Tunas Bambu
Sedangkan manfaat dari tunas bambu, yang lebih dikenal sebagai rebung atau trubus bambu adalah sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan karena rasanya ada yang sangat pahit.
Menurut sebagian praktisi kuliner, jenis bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya ialah bambu temen dan bambu betung. Rebung bambu temen rasanya paling manis dan teksturnya pun paling halus. Sedangkan rebung bambu betung selain enak dimakan, bobotnya bisa mencapai 15 kg/buah. Dewasa ini, masakan rebung dari indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan dan RRC.
  1. Tanaman Obat
Saat ini, Bangsa Cina telah memproduksi cairan bambu dalam kemasan botol yang banyak diekspor ke luar negeri. Obat cairan ini disebut Cuk li sui yaitu ramuan cairan bambu yang di gabungkan dengan benalu untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi. Bagi penyakit yang begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat cepat sembuh.
  1. Tanaman Hias
Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan. Selain itu terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan untuk pot.
Bambu hias sekarang ini tengah banyak dicari konsumen. Alasannya penampilan tanaman bambu unik dan menawan. Tak heran jika bambu pun banyak ditanam sebagai elemen taman. Apalagi makin disukainya taman bergaya jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu sebagai salah satu daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain bambu kuning, bambu cendani, bambu sian, bambu macan, bambu jepang, bambu perling, bambu talang, bambu uncue, bambu loleba, dan lain-lain
Aspek Teknis Budidaya dan Syarat Tumbuh Bambu
Bambu merupakan salah satu jenis tanaman perintis sehingga untuk tumbuh tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang teramat rumit sebagaimana tanaman lain. Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi sesuai dengan jenis. Memiliki umur yang panjang dalam siklus hidupnya ± 30 -100 tahun bahkan lebih, tergantung dari jenisnya.
Secara teknis bahan tanaman bambu dapat dikembangkan dengan teknik stek rhizome akar, stek batang, stek cabang serta benih. Masa pembibitan tanaman bambu biasanya memerlukan waktu antara 6-10 bulan. Sedangkan lahan yang paling optimal dan ideal dalam pengembangan tanaman bambu adalah wilayah asal jenis yang bersifat endemik tempat tumbuh, akan tetapi bambu memiliki toleransi cukup tinggi terhadap lahan kecuali pada lahan-lahan yang selalu tergenang. Untuk faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bambu adalah kondisi iklim dan jenis tanah.
a.Iklim
Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung dengan suhu berkisar 8,8 – 36oC. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari ketinggian 0 sampai 2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman bambu dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim, mulai dari tipe curah hujan A,B,C,D sampai E (Schmidt-Ferguson) atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya, semakin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu termasuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bambu minimal 1.020 mm/thn sedangkan kelembaban yang dikehendaki minimal 80%.
b. Tanah
Bambu dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5.
Aspek Ekonomi Bambu
Secara ekonomis, produk-produk yang berasal dari bambu memiliki nilai yang cukup baik. Banyak produk-produk yang dihasilkan mencakup mulai dari sandang (serat  untuk pembuatan pakaian, dll), papan (papan lembaran, lantai, meubel, dll), pangan (rebung kalengan, kripik, aneka jenis makanan olahan, dll), estetika & budaya (kertas budaya untuk sembahyang, pernik-pernik artifisial ruangan, dll), kesehatan (arang, vinegar, dll)  dan sebagainya. Dengan pengolahan berteknologi tinggi, bambu dapat dijadikan kertas kualitas nomor satu, bahan obat-obatan kesehatan berkualitas, dsb. Masih banyak lagi potensi bambu yang terpendam dan belum tergali, tentunya dibutuhkan suatu inovasi teknologi kedepan guna dapat mewujudkan potensi tersebut.
Untuk kebutuhan bambu dapat dicontohkan sebagai berikut :
  • Kebutuhan arang bambu 72 ton/bulan, namun hanya terpenuhi 2 ton/bulan (ekspor ke Jepang), eksportir dari Solo.
  • Industri dan Kerajinan bambu di desa Cebongan (Sleman, Yogyakarta) hanya terpenuhi 50% bahan baku dari kapasitas yang dimiliki
  • Di Kecamatan Manyar (Banyuwangi) untuk keranjang ikan membutuhkan bambu sampai 1.600 batang per hari.
  • Di Desa Pakraman Angseri (Bali) kebutuhan bambu untuk acara adat perawatan rumah adat dll mencapai 2.275 batang/tahun.   
Selain itu, Indonesia juga telah menjadi anggota tetap International Network Bamboo and Rattan (INBAR) yang berpusat di Beeijing. Berdasarkan data yang dikumpulkan Direktorat Bina Perhutanan Sosial di 22 Provinsi terdapat luas tanaman bambu rakyat seluas 180.094,23 ha dengan perkiraan jumlah batang 540.962.125 batang.. Untuk negara yang menjadi tujuan ekspor bambu tercatat sebanyak 19 negara yang tersebar di Asia, Eropa, Australia dan Amerika. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa prospek pengembangan budidaya bambu memiliki prospek yang cerah mengingat besarnya kebutuhan akan bambu sementara pasokan yang ada masih terbatas
Penutup
Menilai hasil diatas, bambu terbukti memiliki banyak keungulan, manfaat dan potensi yang sangat baik untuk dibudidayakan. Jika budidaya tanaman bambu benar-benar diperhatikan, serta pemanfaatannya dimaksimalkan, akan mampu mendongkrak nilai ekonomis bambu itu sendiri, sekaligus meningkatkan penghasilan masyarakat pengguna bambu serta menambah devisa buat negara.
Mengutip dari pepatah lama “Tak Kenal Maka Tak Sayang” mudah-mudahan dengan adanya tulisan ini kita semua menjadi cinta dan tergerak untuk melestarikan bambu disekitar kita. At least but not the last “Tak ada rotan, akarpun jadi” Tak ada kayu, bambu pun bisa kita gunakan.

Sumber bacaan :
  • V.A Berlian, Nur dan Estu Rahayu.,Jenis dan Prospek Bisnis Bambu, 1995.
  • Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan., Bambu. Leaflet, 2011.

Selasa, 14 Januari 2014

MENGENAL SARANG BURUNG WALET DAN SRITI




1.      Sarang burung walet yang dihasilkan oleh burung walet sangat beragam tergantung pada jenis burung walet, bentuk, ukuran dan warna. Hanya 4 jenis walet yang sarangnya  bisa dikonsumsi dan laku dijual yaitu:



1.Sarang Putih(Edible-nestSwiftlet,Yen-ou)

Sarang burung walet putih dihasilkan oleh walet  Aerodramus fushipagus , berasal dari gua dan  rumah (gedung). Sarang burung walet  putih  mempunyai ciri khas, yaitu berwarna putih kekuningan, tebal dan bulu menempel.Sarang yang berasal dari gua berwarna suram atau kotor, sedangkan sarang yang berasal dari rumah atau gedung berwarna  cerah  dan  bersih. Sarang burung walet  putih  menciri yaitu  bentuk seperti mangkuk dibelah, berwarna putih, bening, kristal, utuh, tidak retak ataupun cacat, bersih dari bulu dan kotoran lipas atau kepinding. Ukuran sarang burung walet adalah 6-10 cm, tinggi mangkukan ± 4-5 cm.

        
Sarang walet putih budidaya
        Sarang burung walet putih gua



2.Sarang Hitam (Black-nestSwiftlet,Mo-yen)

Sarang  burung  walet  hitam  dihasilkan oleh burung walet jenis Aerodramus  maximus.Burung walet  jenis  ini membentuk sarang dari blu-bulu  yang direkatkan dengan air liurnya  dan  ditempelkan di dinding-dinding gua batu  kapur. Sarang terlihat berwarna hitam  karena terbuat  dari air liur  yang bercampur  dengan bulu-bulu  tubuhnya. Warna hitam  tersebut masuk  sampai ke  lapisan yang paling dalam dari sarang burung tersebut. Sarang burung walet hitam tidak sebaik sarang putih, dan harganyapun tidak semahal sarang  burung  walet  putih.  Ciri sarang burung walet  hitam  adalah liur  yang melapisi bahan sarang terlihat hitam (pada kaki, dinding dan dasar sarang), ukuran lebar sarang burung walet hitam 5-7 cm.
Sarang burung wallet hitam

3.Sarang Rumput (Whitebelliedswiftlet)

Sarangburungwalet rumputdihasilkanwaletCollocalia esculanta, Aerodramusfuciphagus atau maximus. Padaumumnya,sarang burung walet tersebut berwarna kehijauan, karena airliur  bercampur  dengan lumut, rumput kering, daun  pinus,  dan cemara.Sarang burung wallet tersebut berasal dari gua maupun gedung.
Sarang burung walet rumput ( Collocalia esculenta )





4.Sarang sriti Lumut (Chaoyen,mostnestswiftlet).

Sarang burung sriti lumut dihasilkan oleh walet  Collocalia vanikorensis  yang berasal dari campuran air liur dan lumut. Tiap sarang mengandung 2 ± 3 gram liur. Sarang yang baru berwarna hijau, sarang telah lama berwarna cokelat kehitaman dan kering.
Sarang burung sriti lumut
5.Sarang merah (Red nest, Siek Yen).
Sarang burung walet  merah  dihasilkan oleh burung walet  Aerodramus fuciphagus.Sarang tersebut adalah jenis sarang yang relatif jarang ditemukan dan harganya lebih mahal jika  dibandingkan  dengan sarang  burung walet  jenis  lainnya. Sarang  burung tersebut diproduksi pada musim penghujan yang berasal dari rumah wallet dengan kelembaban udara yang sangat tinggi. Sarang burung walet merah berkualitas adalah sarang dengan warna merah, dan  tidak dijumpai noda atau kotoran yang menempel. Sarang burung walet merah berdiameter ± 9 cm dan bobot sarang mencapai 9 gram.

Sarang burung walet merah(rednest)    

Kualitas Sarang Burung.
Sarang yang dihasilkan oleh burung walet adalah sangat beragam tentang warna, bentuk, ukuran, kebersihan, dan struktur rajutan sehingga kualitas sarang burung wallet beragam.Kualitas sarang burung walet  dipengaruhi oleh musim, cara pemetikan, gangguan hama, dan  lingkungan. Kualitas  sarang  burung  walet  digolongkan  menjadi kualitas sarang hancuran, kualitas sarang pecah, kualitas bulu biasa, kualitas bulu ringan, kualitas perak dan kualitas sarang merah.

Kualitas sarang hancuran
Kualitas  sarang hancuran termasuk tingkatan  paling rendah  karena  bentuk sarang tidak seragam dan  berukuran kecil yang terdiri dari potongan, hancuran  atau  sisa-sisa  sarang burung. Sarang kualitas hancuran merupakan  kumpulan dari sarang-sarang yang rusak, pecahan-pecahan sarang.

Kualitas sarang pecah
Kualitas  sarang pecah merupakan  kualitas  sarang burung  mutu  rendah akibat cara pengambilan yang salah atau akibat penggunaan alat panen yang salah. Hasilnya, sarang burung berbentuk tidak beraturan, rusak, hancur, dan banyak yang pecah. Pada umumnya jenis  sarang tersebut  didapat pada panen rampasan, yaitu  pemetikan sarang burung, yang dilakukan sebelum burung walet bertelur atau sedang bertelur.

Kualitas bulu biasa
Sarang burung kualitas bulu  biasa  termasuk kualitas  jelek karena  pada sarang burung tersebut terdapat bulu, dan tercemar kotoran.

Kualitas bulu ringan
Sarang burung yang berkualitas bulu ringan merupakan sarang yang memiliki bentuk dan ketebalan cukup memadai, tetapi tercemar bulu-bulu yang rontok. Sarang tersebut diambil pada saat burung walet rontok bulu atau sarang burung tersebut dibuat oleh burung walet bersangkutan pada saat rontok bulu.

Kualitas perak
Kualitas  sarang perak (kualitas  balkon)  dikenal juga  sebagai kualitas  sarang putih yang merupakan kualitas terbaik dan berwarna putih bersih, tidak tercemar oleh kotoran hewan ataupun bulu-bulu. Ukuran sarang burung tersebut adalah besar dengan jumlah sarang ± 110-140 sarang/ kg. Kualitas sarang putih tersebut terbentuk karena sarang burung dipanen pada saat buang telur sehingga bentuknya sempurna. Bobot sarang burung dengan kualitas perak adalah 8 gram/sarang dengan diameter 10 cm.

Kualitas sarang merah
Kualitas  sarang  merah dikenal sebagai kualitas  yang mempunyai mutu setara dengan kualitas  perak, tetapi berwarna  kemerah-merahan.Sarang berdiameter  10  cm  dan merupakan hasil panen pada saat buang telur.  Dalam  satu  kilogram terdapat ± 100-130 sarang. Walaupun mutu sarang dengan kualitas sarang merah adalah sama dengan sarang kualitas perak, namun karena berwarna merah, maka sarang tersebut berharga lebih mahal daripada sarang perak.